Panas terik menyengat kulitku, aku berjalan dan berharap mendapatkan barang yang terbaik untuk para pelangganku. Tampaknya cuaca tidak mendukungku, kupanggil beberapa broker beras yang memang biasa membantuku mencari beras-beras yang kuinginkan. Kupasrahkan keinginanku padanya…. aku serasa tidak sanggup menghadapi cuaca dan debu diseputar pasar induk Cipinang.
Aku mencari bangku kosong yang biasanya disediakan oleh warung makan untuk kuli-kuli diseputar pasar itu . Aku keluarkan kertas tissue dan kuusap…. tampak sekali perbedaan kulitku semasa aku masih kerja kantoran dibanding sekarang. Aku menatapnya dan menghela nafas dalam-dalam… Aku tenggelam dalam rona kesedihan. Bukan karena kulitku yang mulai menghitam, bukan pula panas terik dan debu yang kurasakan namun aku seperti kehilangan semangat. Semangat untuk bertahan dalam kehidupan ini.
Mengapa semua itu harus aku lakukan? Mengapa aku tidak tinggal dirumah dan diam menunggu suami pulang dari kantor. Mengapa aku tidak pergi ke salon untuk luluran? Mengapa ? Masihkan ada pertanyaan mengapa? ketika aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku masih harus menanggung segudang tanggungan dipunggungku. Anak-anakku, orang-tuaku, saudara-saudaraku dan masih banyak yang lain.
Kembali kuusap peluh didahiku….. kuteruskan pergolakan batinku. Masih kulihat suamiku sibuk mencari beras yang cocok. Aku masih belum ingin beranjak dari tempat dudukku. Aku mulai mengkawatirkan kehidupanku. Kutawarkan dalam hatiku, mau bertahan atau menyerah….. bertahan? menyerah?bertahan? menyerah?….. tidak jelas jawabannya. Dan ketika Sms berbunyi.. lumayan ada order dalam hatiku, sedikit menghiburku! Namun, sms datang dari orang yang tidak kuharapkan… Galuh.
” Bu, aku mohon bantuan ibu, sudah berbulan bulan suamiku tidak pulang dan anak-anak butuh uang. Saya pengin buka kios dirumah, mungkin ibu bisa bantu memodali”
Duh….. kenapa musti sms seperti ini…. kembali hatiku bertarung antara keinginan menolong dan membiarkannya.. toh aku sendiri dalam keadaan susah!
Ingatanku menerawang pada Galuh belasan tahun silam, tetangga yang baik hati, ramah dan penyelamat keluarganya. Nasibnya kurang beruntung, suami yang dia bela sampai tidak mengenal lelah menikah lagi. Dulu ketika masa krisis suaminya ter-phk, dia berjuang untuk keluarganya sampai harus menjadi satpam wanita disebuah swalayan. Setiap berapa hari mengambil dagangan dariku sambil bekerja dan kini ketika anaknya menjelang lulus SMA, suaminya sudah bekerja kembali, dan dia mendapat upah ditinggal menikah lagi.
Aku berdiri, berpikir dan menatap kembali kuli-kuli yang sibuk untuk menaikkan dan menurunkan 50 kg beras. Dipanas terik dan debu aku masih beruntung dari mereka. Aku tidak harus memanggul beras dan menaikkan dan menurunkannya dari truk dan Gudang hanya sekedar mendapatkan Rp 20,000.00 per 3 ton. Aku masih memiliki suami yang setia pada keluarga, aku masih punya modal untuk berdagang. Aku masih mampu membantu suamiku untuk meneruskan kehidupan keluargaku. Aku masih bisa membantu si A yang sedang bermasalah dengan sakit, aku masih diberi kesempatan membantu si B untuk membiayai kelahiran anaknya… karena untuk biaya melahirkan saja dia tidak memilikinya. Aku masih menyisihkan uang untuk orang tuaku, untuk anak-anakku…. namun memang aku tidak memiliki banyak uang untuk diriku sendiri dan suamiku.
Kulangkahkan kakiku, kubuang rasa belas kasihan pada diriku, kuhapuskan kesedihanku, kubangun kembali semangatku dan aku memilih bertahan.
Tidak semua orang memiliki kesempatan memberi. Tidak semua orang memiliki hati yang memberi. Tidak semua orang dipilih untuk memberi.
Dan aku bersyukur … aku masih menjadi orang-orang itu.
Semoga engkau mengerti
Merana
Tiba tiba aku merasa merana dan sendiri…. aku sungguh moody pagi ini .
Perasaanku terbang kemana aku tidak tahu. Yang kudapati pagi ini perasaan yang sedih yang luar biasa.
Aku mencoba untuk keluar dari rasa itu…. namun seperti biasa aku belum beranjak dari sisi itu.
Entahlah….
3 pribadi
Ada rupa-rupa karunia yang masing-masing orang boleh terima. Demikian pula aku.
Aku diberikan tanggung jawab dengan 3 pribadi yang boleh aku emban.
Seiring usiakua aku mampu memaknai semua itu sebagai anugerah.
Aku boleh belajar dari 3 pribadi itu
Aku belajar mengalah
Aku belajar rendah hati
Aku belajar tahu bahwa aku banyak kelemahan disamping kelebihanku
Aku belajar supaya mau dituntun
Aku belajar tahu bahwa apa yang kumaksud baik belum tentu baik buat mereka
Aku belajar bahwa mengalah bukan berarti kekalahan
Aku belajar bagaimana aku bisa menghargai setiap pribadi yang berbeda
Aku belajar tahu bahwa berkorban untuk mereka adalah totalitas yang tidak mengharapkan apapun dari mereka
Aku belajar menghargai orang tuaku
Aku harus belajar dan belajar lagi tentang mereka
Beri aku waktu
Sering aku tidak menyadarinya…
Dan ternyata bertumpuk kesalahan dimasa lalu itu kini membuat luka bagimu……..
Tentu wajar bila engkau menghendaki aku berubah….. dan beri waktu padaku untuk bisa melakukannya.
Engkau menjadi guru bagiku saat ini dan percayalah suatu hari engkau akan mendapati aku sepeti yang engkau mau.
Beri aku waktu
Untukmu
Meski tak ada sepatah kata
Meski tak ada dering telepon
Meski aku tak melihatmu disini
Meski kita tidak bertemu
Aku ingin kau tetap tahu bahwa:
Aku mencintaimu
Aku mendoakanmu
Aku berharap yang terbaik untukmu
Aku menghormatimu
Aku berusaha untuk mengerti yang engkau mau
Dan aku bangga dengan segala keputusanmu
Tangerang, 16.01.09…. hujan gerimis, mendung yang tebal menyongsong hujan lebat
Seandainya
Aku termangu dalam diam, kutoleh kebelakang dan aku tersenyum…..
Kulihat engkau dengan rambut kritingmu yang merah…. pipimu yang gembil menggemaskan…. celotehmu yang lucu dan membuat siapaun ingin mengajakmu bicara…
Engkau menjelaskan rambu-rambu di sekitar pasar malabar… didalam angkot R-07 dan membuat penumpang lain tersenyum dan gemas. Kita pulang dari gereja saat itu dan ayahmu sedang di luar kota
15 tahun yang lalu…..
Ach aku kembali tersenyum….. mencoba untuk bernostalgia tentang semua itu…. bahwa kita pernah memilikinya
Kini, aku bangga padamu ….. yang sudah punya kemandirian dan prinsip hidup yang teguh…. aku menghargai itu semua .. sungguh aku bangga
Akhirnya… Kembali ke beras
Setelah 4 bulan saya memutuskan berhenti kerja. Saya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan naluri business-ku. Aku membuka toko beras.
Toko yang kusewa dari seorang yang begitu baik hati. Akhirnya bisa mulai bergerak untuk memasuki bulan ke 4. Tepatnya toko saya buka tgl 1 Agustus lalu …..
Belajar sana dan sini akhirnya aku harus tekun dan serius menggarap toko tersebut untuk membantu ekonomi keluarga. Setiap rupiah yang kuterima begitu berarti.
Beras beras organik dan beras kesehatan tersedia selain beras-beras putih dari berbagai grade
Untuk Area Tangerang dan Karawaci khususnya, bila ingin mendapatkan beras organik hitam, merah, mentik susu, pandan wangi…. bisa mampir di toko saya di Ruko Star Asia No. 111, Ubud Lipo Karawaci
Atau hubungi saya di : 08121075018, 021-98004399 dan 021-55658255
Hidup Baru
Aku terlahir dilengkapi dengan segala kesempurnaan dan ketidak-sempurnaan. Sempurna karna Penciptanya dan tidak sempurna karena ke-Manusiaan-annya.
Pagi ini aku menyadari keduanya. Dan dengan segala yang tidak sempurna yang ada padaku, aku meminta, memohon berharap padaNya agar aku bisa membuka hari ini, menjalani hari ini akhirnya menutup hari ini dengan baik.
Kalau kemarin aku berharap bisa memiliki kebebasan waktu, akhirnya aku dapatkan juga, meski ada yang hilang karenanya, mengapa lantas aku tidak menyukurinya. Karena kini aku bisa menjadi manager, hari ini aku bisa menjadi direktur atau presiden direktur atau bahkan aku bisa menjadi raja bagi diriku sendiri. Saat ini tidak ada yang mendaulatku untuk mengerjakan ini dan itu, saat ini benar-benar akulah yang melakukan perintah bagi diriku sendiri. Lantas mengapa masih ada keluh kesah dan ketidak-puasan?
Kalau kemarin aku meminta memiliki begitu banyak waktu untuk keluargaku, maka saat ini aku mendapatkannya. Aku bisa menjadi ibu yang banyak waktu untuk anak-anak, untuk memasak dan apapun yang bisa kulakukan bagi keluarga-ku. Lantas mengapa pula aku masih ada yang kurang?
Kalau 18 tahun yang lalu aku hanya mempunyai 2 piring untuk memulai hidupku dalam membina keluarga. Kemudian sekarang semuanya sudah tersedia bagiku, mengapa pula saat ini aku selalu merasa kekurangan. Takut sekali kalau sampai kami tidak makan…
Pagi ini aku akan memulai hariku dengan penuh syukur, karena apapun yang kuinginkan, apapun yang kuminta, apapun yang selalu aku impikan, ternyata pada saatnya tiba tidak akan bisa memuaskanku. Aku harus mampu menyadari setiap detik yang bergulir, setiap langkah yang kutapakkan, setiap hembusan dari napasku adalah Rahmat bagi hidupku.
Hari ini aku aku akan mulai dengan menjauhkan diri dari mengeluh dan mendapati bahwa semua yang ada padaku adalah karunia dariMu.
Terima kasih Tuhan
Menunggu
Hari ini Tuhan Engkau tunjukkan padaku, apa arti sebutir nasi, apa arti sepeser rupiah. Setelah aku terhempas dalam keterpurukanku.
Aku Tahu semua yang terjadi menjadikan aku semakin menyadari, bahwa Engkau mencintai aku dengan segala caraMu. Engkau tentu tidak mampu melihat aku tersiksa sepanjang hidupku. Kini aku menunggu apa yang hendak Engkau perbuat bagiku.
MencariMu tentu dalam berbagai cara, dan salah satu caranya yaitu yang sekarang aku alami.
Beri aku pengertian untuk menerima segala ini dengan segenap hati dan jiwaku
Beri aku waktu untuk bisa menjadi serupa dengan yang Engkau kehendaki
Beri aku kesempatan sekali lagi untuk membuktikan bahwa aku mampu untuk menjadi yang lebih baik
Beri aku rasa syukur atas semua ini
Tuhan aku menunggu.
LEGAAAAAAAAAAAAAAAAA
Akhirnya sampai juga di hari Jumat…. lega banget, besok libur asyik……………… kalo dulu masih sekolah nunggu liburan karena tiap malam dikejar sama pelajaran. Sekarang tidak usah pusing sama ulangan tapi harus berkejaran dengan masalah yang tiada henti.
Minggu-minggu ini senang banget, nunggu anakku yang besar pulang. Kakak dari Surabaya datang dan tugas-tugas anak sudah selesai semua………….
Terima kasih Tuhan, Kau buat ruang yang lega di hati kami. Biarlah minggu-minggu ini kami nikmati bersama anak-anak dan keluarga kami.
-
Arsip
- Maret 2009 (1)
- Februari 2009 (1)
- Januari 2009 (4)
- November 2008 (1)
- Juli 2008 (2)
- Juni 2008 (2)
- Mei 2008 (6)
- April 2008 (2)
- Maret 2008 (4)
-
Kategori
-
RSS
Entries RSS
Comments RSS